Calo Ilmu Pengetahuan

Indodian.com – Tulisan Syamsul Risal, Profesor karena Joki (Kompas, 15 Desember 2021),  apakah syarat untuk menjadi profesor sangat berat? Tidak. Syaratnya, seseorang harus bergelar doktor dan punya satu artikel yang dipublikasikan pada jurnal internasional berprestasi.  Namun yang menjadi persoalan menurut Syamsul Risal, tidak sedikit dosen yang menulis di jurnal internasional menggunakan jasa konsultan atau lebih tepatnya menggunakan joki atau gacok.

Seminggu menjelang tulisan Syamsul Rizal, saya dengan beberapa teman di Yogyakarta mengadakan diskusi kecil-kecilan mengenai pendidikan di Indonesia. Salah seorang, yang kebetulan dosen senior salah satu perguruan tinggi di Yogyakara, mengatakan, “tidak sedikit perguruan tinggi (PT) kita di tanah air, sebagai toko kelontong. Bagaimana mungkin perguruan tinggi selevel toko kelontong, dosen-dosennya mereproduksi pengetahuan bertaraf internasional.  Hal demikian sangat mudah kita pantau,  misalnya PT kita tidak memiliki keunggulan dalam mengajar dan  penelitian. Jumlah tulisan dosen di media massa tidak banyak. Begitu pula, masih minimnya tulisan ilmiah dosen di jurnal internasional yang bereputasi atau dikutip ilmuwan negara lain.”

Melengkapi komentar teman, saya mengatakan, “kualitas mahasiswa kita sekarang mutunya merosot, disebabkan karena ulah dosennya yang tidak berbeda jauh sebagai “calo” ilmu pengetahuan.   Semua ilmu yang dimiliki berhenti ketika sudah mendapat gelar magister atau doktor, tak ada reproduksi pengetahuan lagi. Meminjam kata-kata Prof. Satjipto Raharja, dosen kita di tanah air, kebanyakan menganut ilmu pisang alias sekali berbuah mati. 

Perguruan tinggi merupakan tempat mendidik mahasiswa menjadi manusia jujur, menjadi manusia yang berpengatahuan luas, menjadi manusia yang memiliki knowledge power yang kuat. Oleh karena itu perguruan tinggi tidak perlu alergi untuk diperdebatkan, dikritik oleh masyarakat. Semua problem di PT diperdebatkan, tanpa ada praduga buruk. Pengelolaannya harus atas dasar sikap jujur, obyektif, dan transparan. Sebab pengetahuan itu sendiri sifatnya jujur, obyektif, dan tansparan.

Dosen   sebagai   transfer of knowledge (membagi ilmu pengetahuan) kepada mahasiswanya, supaya mahasiswanya menjadi cerdas dan pintar.  Maka fungsi dosen sebagai tranfer of knowledge, dipacu  untuk menyampaikan pendapat, melakukan inovasi pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bereksplorasi. Sebab mahasiswa bukan botol kosong, yang perlu diisi. Setiap dosen harus mengetahui kemampuan mahasiswanya. Oleh karena itu sistem pembelajarannya menggunakan pendekatan student center learning. Mahasiswa menjadi teman diskusi untuk memecahkan masalah. Minimal masalah materi kuliah yang sedang dipelajari.

Berani untuk membuang konsep yang sudah usang, menciptakan sesuatu yang baru. Dan paling sederhana dosen harus bisa menyusun makalah seminar, menyusun bahan ajar,  setidaknya soal-soal  kecil itu, sudahlah kalau menulis buku tidak bisa.

Respon (2)

  1. 397904 176633 An intriguing discussion is worth comment. I feel that you really should write a lot more on this subject, it might not be a taboo topic but normally individuals are not enough to speak on such topics. To the next. Cheers 2283

  2. 406642 870607Can I just now say that of a relief to locate somebody who truly knows what theyre speaking about online. You in fact know how to bring a difficulty to light and work out it crucial. The diet need to see this and appreciate this side on the story. I cant believe youre no far more popular since you surely possess the gift. 389608

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *