Nakeng Sabi, Tradisi Masyarakat Manggarai yang Mulai Hilang

- Penulis

Jumat, 8 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Di dalam komunitas masyarakat Manggarai, Flores, terdapat sebuah tradisi—untuk menyebut aktivitas budaya masyarakat yang dikenal dengan nama Nakeng Sabi. Nakeng Sabi secara harafiah diterjemahkan sebagai nakeng:daging hewan, dan sabi: pemberian secara cuma-cuma atau gratis. Dengan demikian, nakeng sabi adalah daging hewan yang diberikan secara gratis.   

Adapun daging hewan yang diberikan secara gratis tersebut berupa daging hewan berukuran besar seperti babi, sapi, kerbau, dsb. Jumlah daging yang diberikan pun varian, tergantung orang yang memberikan daging.

Lebih lanjut, dalam pelaksanaannya ada dua jenis hewan yang akan disembelih, yakni hewan hasil tangkapan di hutan dan sebagian kecilnya hewan peliharaan. Sebelum hewan hasil tangkapan dan/atau peliharaan itu disembelih, sang pemilik hewan terlebih dulu memberitahukan rencana itu ke  Tu’a Golo (orang yang dituakan) di kampung tersebut bahwasannya akan ada penyembelihan hewan.

Hal ini harus diketahui oleh Tu’a Golo, karena dialah pemimpin di kampung itu. Selebihnya, karena daging penyembelihan yang dimaksud kelak akan diberikan ke seluruh warga. Setelah memberikan informasi kepada Tu’a Golo, selanjutnya sang pemilik hewan akan mengundang kaum bapak-bapak dari setiap rumah untuk  julu (menyembelih) hewan secara bersama-sama. Lokasi penyembelihan biasanya dilangsungkan di kebun atau di pinggir bantaran sungai yang letaknya dekat kampung.

Untuk diketahui saja, di setiap kampung di Manggarai pasti memiliki tiga atau lebih orang yang memiliki keterampilan dalam hal julu. Bisa dikatakan, mereka adalah master chef dalam praksis penyembelihan hewan.

Berita Terkait

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai
Lingko dalam Festival Golo Koe  
Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT
Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai
Merayakan Hari Kasih Sayang
Aku Caci, Maka Aku Ada
Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air
Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?
Berita ini 453 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 5 September 2022 - 11:10 WITA

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai

Selasa, 16 Agustus 2022 - 20:27 WITA

Lingko dalam Festival Golo Koe  

Selasa, 14 Juni 2022 - 11:38 WITA

Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT

Jumat, 29 April 2022 - 15:49 WITA

Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai

Senin, 14 Februari 2022 - 06:00 WITA

Merayakan Hari Kasih Sayang

Selasa, 18 Januari 2022 - 20:30 WITA

Aku Caci, Maka Aku Ada

Minggu, 17 Oktober 2021 - 12:31 WITA

Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air

Rabu, 13 Oktober 2021 - 22:05 WITA

Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?

Berita Terbaru

Cerpen

Pengemis Berwajah Dua

Sabtu, 8 Feb 2025 - 15:20 WITA

Agama

Yubileum, Nangahale & Bulldozer Pongah

Minggu, 26 Jan 2025 - 08:12 WITA

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA