Belut Sakti Bergigi Emas di Wolotolo, Ende Lio

- Penulis

Kamis, 23 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Sumber : Foto Mongabay)

i

(Sumber : Foto Mongabay)

Indodian.com – Setiap sungai di Flores pada umumnya terdapat belut-belut kecil. Belut biasanya berdiam diri di dalam lubang batu dan sesekali berenang di dasar air untuk mencari makanan. Tubuhnya yang licin dan lincah menimbulkan kesulitan bagi setiap orang yang ingin menangkapnya. Dari segi ukuran, belut-belut yang ada di sungai di Flores relatif kecil dan pendek. Sebagaimana hewan air lainnya, belut pada umumnya tidak memiliki mitologi dan daya magisnya.

Namun, kita pasti akan terperanjat melihat belut sakti bergigi emas di Wolotolo. Wolotolo Ende merupakan salah satu wisata andalan yang terletak di Desa Wolotolo Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemilihan nama Wolotolo ini berdasarkan keadaan setempat yang memang berada di ketinggian.

Secara etimologis Wolotolo berasal dari dua kata bahasa Lio yakni wolo yang berarti bukit/gunung, tolo berarti ketinggian. Berdasarkan asal katanya Wolotolo berarti bukit di atas ketinggian. Pada umumnya masyarakat di Lio memilih untuk menetap di tempat yang tinggi untuk memantau keadaan di dataran rendah. Jaraknya dari Ende Ibu kota kabupaten Ende sekitar 20 km dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit perjalanan menggunkaan angkutan darat.

Belut yang terdapat di Wolotolo ini bukan belut sembarangan. Masyarakat adat Wolotolo menghormati belut ini sebagai leluhur mereka. Jika ada masyarakat yang berusaha mengambil, melukai atau mengonsumsinya maka akan menimbulkan kematian dan bencana besar untuk pelaku dan semua kampung. Masyarakat adat sering memberikan makanan kepada belut sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Belut sakti ini berdiam di sungai Lowomamo yang mengalir di dusun Ae Kewu,  Wolotolo Tengah. Setiap pengunjung yang ingin melihat langsung belut sakti perlu ditemani pawang yang berpengalaman. Pawang akan membantu menjelaskan cara pemanggilan belut dan beberapa pantangan yang harus dilakukan dalam perjalanan menuju sungai. Biasanya, pengunjung diminta untuk mengurangi pembicaraan atau keributan dalam perjalanan karena akan menggangu ketenangan penghuni sungai.

Berita Terkait

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai
Lingko dalam Festival Golo Koe  
Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT
Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai
Merayakan Hari Kasih Sayang
Aku Caci, Maka Aku Ada
Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air
Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?
Berita ini 1,062 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 5 September 2022 - 11:10 WITA

Memaknai Lagu “Anak Diong” dalam Konteks Budaya Manggarai

Selasa, 16 Agustus 2022 - 20:27 WITA

Lingko dalam Festival Golo Koe  

Selasa, 14 Juni 2022 - 11:38 WITA

Cear Cumpe, Ritus Pemberian Nama dalam Kebudayaan Manggarai, NTT

Jumat, 29 April 2022 - 15:49 WITA

Konsep Bambu dalam Budaya Manggarai

Senin, 14 Februari 2022 - 06:00 WITA

Merayakan Hari Kasih Sayang

Selasa, 18 Januari 2022 - 20:30 WITA

Aku Caci, Maka Aku Ada

Minggu, 17 Oktober 2021 - 12:31 WITA

Cerita Tuna Merah di Sumber Mata Air

Rabu, 13 Oktober 2021 - 22:05 WITA

Otensitas Kebudayaan Kita Semakin Rapuh?

Berita Terbaru

Cerpen

Pengemis Berwajah Dua

Sabtu, 8 Feb 2025 - 15:20 WITA

Agama

Yubileum, Nangahale & Bulldozer Pongah

Minggu, 26 Jan 2025 - 08:12 WITA

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA