Profesionalisme Guru di Tengah Pandemi

Profesionalitas Seorang Guru

Profesionalitas guru tidak cukup ditandai dengan sertifikat pendidik (lulus ujian profesi). Sertifikat pendidik perlu diejawantahkan dalam pembelajaran (di kelas) dan upaya peningkatan pendidikan di masyarakat. Demikian pula ujian terhadap keabsahan sertifikat pendidik tidak cukup hanya sekali. Keprofesionalan harus terus diperbahauri agar “api” kemajuan pendidikan terus berkobar. Sertifikat pendidik bukan akhir dari profesi guru yang profesional. Ke depan perlu ada jangka waktu untuk pembaharuan sertifikat pendidik. Standar-standar pengembangan profesionalisme berkelanjutan serta kenaikan tingkat profesionalitas perlu diterapkan dengan syarat dan asesmen yang ketat.

Baca Juga : Kemerdekaan dan Upaya Jalan Pulang pada Pancasila
Baca Juga : Aku dan Kisahku

Pemerintah melalui Kemdikbud-ristek telah menetapkan ketentuan penggunaan kurikulum di masa pandemi; mengikuti kurikulum nasional, mengikuti penyederhanaan kurikulum yang disusun Kemdikbud, atau menggunakan kurikulum yang disederhanakan sendiri oleh satuan pendidikan. Ini adalah bentuk nyata dari pusat atas dukungan terlaksananya merdeka belajar di satuan pendidikan. Sekolah dan para guru tidak hanya menerima ketentuan ini tetapi terutama mewujudkannya merdeka belajar pada aktivitas pembelajaran.

Merdeka belajar perlu dipahami sebagai bentuk mengoptimalkan niat belajar peserta didik. Pencapaian kompetensi sebagaimana yang tertera dalam kurikulum tidak perlu dipandang baku dan tabu untuk disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi dan geografis peserta didik di setiap sekolah. Niat belajar yang merdeka sejatinya muncul dari peserta didik, bukan dipaksakan kepada peserta didik. Niat belajar akan lebih bermakna jika sesuai dengan apa yang ada dalam benak peserta didik. Kurikulum hadir bukan untuk dipaksakan masuk ke dalam benak anak didik.

Baca Juga : Mabuk Kuasa
Baca Juga : Menyapa Aleksius Dugis, Difabel Penerima Bantuan Kemensos RI

Profesionalisme seorang guru tergambar dari kemampuan mencocokan pikiran anak didik dengan tuntutan kompetensi pada kurikulum. Motto dan semboyan kita adalah Tut Wuri Handayani, mengikuti dengan awas dari belakang. Ini adalah spririt untuk menemukan apa yang diperbuat peserta didik dan kemudian diarahkan pada tindakan mulia (selaras antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Laman: 1 2 3

Komentar

678 tanggapan untuk “Profesionalisme Guru di Tengah Pandemi”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *