Jejak Pelayanan Transpuan di Gereja Maumere

- Penulis

Jumat, 16 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indodian.com – Mengapa Gereja di Maumere menerima individu atau komunitas dengan Keberagaman Gender dan Seksualitas (KGS) secara terbuka? Bagaimana komunitas KGS di pulau Flores ini dapat aktif dalam membantu kegiatan-kegiatan pastoral Gereja?

Siang itu, Inang Novi tengah duduk menjaga kios dan salon miliknya di Gehak, Desa Koting D, Maumere-Sikka. Transpuan kelahiran Maumere 1972 ini mengelola usaha salon di rumahnya yang ditumbuhi tanaman hias dan sayur-sayuran.

Ia adalah bungsu dari tiga bersaudara yang gemar memenuhi pekarangan bagian depan dan samping rumahnya dengan beragam tanaman. Beberapa ia tanam di polybag. Tampak juga bibit tanaman yang disemaikan tepat di samping tembok rumah.

“Saya baru pulang dari kota Maumere,” Inang Novi membuka percakapan sembari tersenyum sambil bersantai.

Seraya menyuguhkan teh hangat dan beberapa potong roti, ia menceritakan lika-liku hidup yang menuntut dirinya untuk selalu bekerja keras. Sejak kecil dia sudah ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya. Di usia 3 tahun, ibunya meninggal. Bapaknya menyusul meninggal saat Inang Novi berusia 6 tahun. Akibatnya, masa kecil Inang Novi sangat susah. Tak ada waktu untuk bermalas-malasan.

Baca Juga : Pansos Boleh, Tapi Ada Batasnya
Baca Juga : Politik Identitas ‘Racun’ Demokratisasi

“Walaupun masih kecil, kami harus kerja. Pulang sekolah langsung ke kebun. Makan dan minum ada di kebun,” kisah Inang Novi yang selama hidupnya merasa lebih dekat dengan kakak perempuannya.

Ia dan dua kakaknya dilahirkan dari orangtua yang keras. Kakak pertamanya laki-laki, yang kedua perempuan.

“Hidup saya makin susah ketika kakak pertama saya langsung pergi ke Kalimantan setelah orangtua kami meninggal. Dia hilang kabar. Akhirnya, saya tinggal dengan kakak perempuan saya. Kami berjuang bersama untuk cari makan,” lanjut Inang Novi.

Inang Novi tidak dapat melanjutkan sekolah. Setelah beberapa tahun tinggal di kampung bersama kakak perempuannya, Inang Novi melamar kerja di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Maumere. Lamaran pertama dan kedua ditolak. Lamaran ketiga baru diterima dan langsung dipanggil untuk kerja di Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret, Maumere. Ia bekerja di sana hingga 15 tahun lamanya.

Berita Terkait

Apa Kabar Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga?
Menalar Sikap Gereja terhadap Kaum Homosekual
Misoginis Si “Pembunuh” Wanita
Memahami Term ‘Pelacur’
Perempuan Korban Pelecehan Seksual Cenderung Bungkam, Mengapa?
Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa
Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?
Perempuan, Iklan dan Logika Properti
Berita ini 365 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 8 Maret 2024 - 18:58 WITA

Apa Kabar Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga?

Senin, 30 Januari 2023 - 23:16 WITA

Menalar Sikap Gereja terhadap Kaum Homosekual

Rabu, 8 Desember 2021 - 12:16 WITA

Misoginis Si “Pembunuh” Wanita

Jumat, 19 November 2021 - 11:45 WITA

Memahami Term ‘Pelacur’

Jumat, 20 Agustus 2021 - 16:04 WITA

Perempuan Korban Pelecehan Seksual Cenderung Bungkam, Mengapa?

Senin, 26 Juli 2021 - 12:57 WITA

Berpisah Dengan Pacar Toxic Bukanlah Dosa

Jumat, 23 Juli 2021 - 12:42 WITA

Bagaimana Peran Media Dalam Melawan dan Menghapuskan Kekerasan Terhadap Anak?

Jumat, 16 Juli 2021 - 16:27 WITA

Jejak Pelayanan Transpuan di Gereja Maumere

Berita Terbaru

Cerpen

Pengemis Berwajah Dua

Sabtu, 8 Feb 2025 - 15:20 WITA

Agama

Yubileum, Nangahale & Bulldozer Pongah

Minggu, 26 Jan 2025 - 08:12 WITA

Filsafat

Paus Fransiskus: Spes non Confudit!

Jumat, 6 Sep 2024 - 23:37 WITA

Politik

DPR Kangkangi Konstitusi: Apakah Demokrasi sudah Mati?

Senin, 26 Agu 2024 - 10:28 WITA